DOOM: The Dark Ages – Prekuel Doom 2016

  Foto Doom: The Dark Ages

Setelah sukses berat dengan DOOM (2016) dan DOOM Eternal (2020), id Software akhirnya memutuskan untuk menggali lebih dalam sejarah sang Doom Slayer. Lewat game terbarunya, DOOM: The Dark Ages, yang diumumkan secara resmi pada Xbox Games Showcase tanggal 9 Juni 2024, sang pembantai iblis hadir dengan nuansa yang jauh lebih gelap dan jadul. Bukan Mars, bukan Bumi yang porak-poranda, tapi dunia fantasy kelam ala abad pertengahan yang penuh darah dan misteri.

Game ini sudah dirilis untuk Xbox Series X/S dan PC, dan langsung tersedia di Xbox Game Pass pada hari pertama. Jadi, buat kalian yang sudah nggak sabar main, nggak perlu nunggu lama atau keluarin dompet tebal dulu.

Prekuel Dari Doom 2016

Banyak yang ngira game ini lanjutan dari DOOM Eternal, tapi ternyata bukan. DOOM: The Dark Ages adalah prekuel yang ngasih kita pandangan ke masa lalu sang Slayer. Di sinilah kita akhirnya tahu kenapa dan gimana dia bisa jadi mesin pembunuh paling ditakuti iblis sealam semesta. Dari yang awalnya manusia biasa, sampai akhirnya berubah jadi simbol ketakutan bagi para setan.

id Software mengembangkan lore yang lebih padat, termasuk cerita tentang bangsa kuno, pasukan neraka, dan kekuatan misterius yang selama ini mereka hanya singgung di game sebelumnya. Narasinya kini lebih fokus menggali mitologi dan dunia yang lebih dalam

Gameplay DOOM: The Dark Ages

Foto Doom: The Dark Ages

Gameplay DOOM selalu narik perhatian, dan di The Dark Ages, mereka ngebawa nuansanya ke arah yang lebih berat, lebih lambat, tapi tetap brutal. Slayer kali ini bukan sekadar nembak dari kejauhan, tapi harus bertarung jarak dekat dengan gaya khas ksatria barbar.

Fitur baru yang bikin hype:

  • Shield Saw: Perisai sekaligus gergaji mesin.

  • Senjata medieval kayak flail, kapak raksasa, dan pedang dua tangan jadi andalan.

  • Naik naga cyber dan robot raksasa Atlan buat perang skala besar. Nggak cuma FPS klasik, tapi juga bawa elemen cinematic dan mekanik unik.

Combat-nya tetap intens, tapi ada sentuhan baru yang bikin tiap pertarungan kerasa lebih sadis dan personal. Darah, organ tubuh, dan efek brutal lainnya tetap jadi sajian utama.

Desain Dunia DOOM: The Dark Ages

Foto Doom: The Dark Ages

Kalau kamu demen dunia ala Dark Souls atau Diablo, The Dark Ages langsung nyihir kamu buat jatuh cinta. id Software ngebangun dunia penuh kastil raksasa, kuil iblis, reruntuhan misterius, dan medan perang penuh mayat pakai grafis next-gen yang ngandelin teknologi ray tracing dan engine terbaru mereka.

Atmosfernya gloomy dan suram, tapi justru itu yang bikin game ini beda banget dari pendahulunya. Sekarang Slayer bener-bener kayak dewa kematian di tengah dunia yang penuh kegelapan dan takdir tragis.

Musik dan Suara DOOM: The Dark Ages

Soundtrack khas DOOM yang penuh dentuman metal kali ini mendapat perubahan besar. Komposer baru membawa pendekatan yang lebih orkestra, dengan sentuhan paduan suara Latin dan alat musik kuno. Musiknya lebih megah dan sinematik, tapi tetap punya agresi tinggi yang cocok buat menghajar iblis.

Sound design-nya juga ditingkatin, dengan efek tebasan, dentuman armor, dan suara iblis yang bikin bulu kuduk merinding. Rasanya kayak nonton film epik perang, tapi kamu yang jadi aktor utamanya.

Baca Juga: Clair Obscur: Expedition 33 – RPG Fantasi Gelap Baru

Kenapa Para Gamer Langsung Naksir Berat?

Begitu trailer gameplay dirilis, semua gamer langsung heboh. Bukan cuma karena visualnya keren atau Slayer-nya makin sangar, tapi karena The Dark Ages berani ambil risiko. Di saat banyak FPS modern jadi repetitif, DOOM justru berevolusi ke arah yang nggak disangka-sangka.

Elemen riding naga, lore yang lebih dalam, dan combat jarak dekat yang brutal bikin banyak gamer merasa ini DOOM paling segar sejak reboot 2016.

Kata Para Kritikus

Sejak media demo tertutup pada 12 Mei 2025, banyak jurnalis game langsung lempar pujian.

  • IGN kasih nilai awal 9/10, menyebut gameplay-nya “redefinisi kekerasan yang cerdas.”

  • Polygon memuji atmosfer dan sound design sebagai “langkah besar dalam storytelling DOOM.”

  • Eurogamer merasa pacing-nya pas dan cocok buat pemain baru yang dulu takut dengan tempo DOOM Eternal.

  • Kritik minor muncul dari Kotaku yang bilang level awal agak lambat, tapi langsung meningkat di paruh kedua.

Secara umum, mayoritas setuju bahwa DOOM: The Dark Ages adalah evolusi yang tepat.

Kesimpulan

DOOM: The Dark Ages bukan cuma sekadar prekuel. Ini adalah bentuk evolusi yang solid, ambisius, dan berani. id Software membuktikan mereka masih bisa bikin game first-person shooter yang bikin jantung deg-degan dan bikin semua gamer berdiri tepuk tangan.

Dengan dunia baru yang keren, gameplay yang variatif, dan lore yang dalam, The Dark Ages layak banget masuk daftar game wajib main tahun ini. Dan yang paling penting: Slayer kembali... dan kali ini, dia bawa naga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *